Saya sedang online, silahkan masuk

11.25.2008

Makam Karl Adolf Boscha

Makam KAR Boscha terletak di Desa Banjarsari, Kecamatan Pengalengan. Sebagai pendiri perkebunan Malabar wafat di Malabar dan dimakamkan di tengah hutan lindung berdekatan dengan hamparan kebun teh Malabar, Makamnya 1,5 km jaraknya dari Wisma Malabar

Karl Adolf Boscha, seorang warga negara Belanda sebagai utusan dari Firma John Peet & Co. Pada tahun 1896 Ia mendirikan Perkebunan Malabar dengan membuka hutan di daerah Malabar. Perkebunan Malabar merupakan peninggalan dari masa penjahan Belanda. Selanjutnya membangun pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Cilaki A dan B yang berkekuatan 750 KW dan PLTA Citamaga untuk penerangan perumahan.
K.A.R. Boscha merupakan pemimpin perkebunan Malabar yang pertama dari tahun 1896 hingga 1928, setelah wafat kepemimpinannya diganti oleh Ir. RA Kerkhoven (1928-1934) dan kemudian digantikan oleh Ermeling (1934-1942). dimana perkebunan Malabar sepenuhnya berada dalam kekuasaan Belanda. Ini berarti seluruh hasil bumi dari perkebunan Malabar pada waktu itu masuk ke dalam kas negara Belanda. Tahun 1942-1945 perkebunan di kuasai oleh Penjajahan Jepang. Setelah Jepang kalah, Pemerintahan Belanda kembali memegang perkebunan Malabar yang dipimpin oleh Van Deer Meer (1945-1948) dan kemudian Brewer (1956-1957).
Pemerintah Republik Indonesia mengambil alih perkebunan Malabar pada tanggal 27 Desember 1957 dengan nama perkebunan Negara Unit Jawa Barat III (PNU Jabar III) berdasarkan UU No. 86/1958 dan PP No. 2/1959 tentang pengambilalihan kebun-kebun milik Belanda oleh Pemerintah Indonesia dan sejak saat itu pimpinan perkebunan dipegang oleh bangsa Indonesia.
Potensi wisata yang sedang dikelola secara profesional di Perkebunan Malabar adalah pengembangan agro wisata dan wisata ilmiah seperti agro wisata Gunung Mas, Agro wisata Malabar, Agro wisata Alini (Perkebunan Rancabali) dan Agro wisata Sukawana (Perkebunan Pangheotan). Kawasan perkebunan Malabar yang dibangun masa penjajahan Hindia-Belanda ini sampai sekarang masih tetap memproduksi teh, dan dijadikan sebagai kawasan wisata agro yang banyak menarik masyarakat untuk berkunjung dan menyaksikan proses pembuatan teh, tea walk, pemandangan gunung dan telah dibangun berbagai fasilitas seperti kolam renang Tirta Camelia, area Camping, sarana Olah Raga dan mess/penginapan.


Tidak ada komentar: