Selain beberapa objek sebagaimana disebutkan terdahulu, di komplek Karangkamulyan terdapat fetur parit. Parit ini dijumpai di sebelah barat halaman parkir dan di sekeliling situs inti
Jejak parit kuna di sebelah barat halaman parkir tepatnya terletak pada batas situs sekarang dengan kawasan rest area. Parit tersebut membujur utara-selatan menghubungkan antara Sungai Citanduy dengan Sungai Cimuntur. Keadaan parit di sebelah selatan jalan raya sudah tidak begitu tampak. Sedangkan di sebelah utara jalan raya masih jelas keadaannya. Lebar parit yang ada sekitar 10 m dengan kedalaman sekitar 2 m.
Situs Karangkamulyan (Zona I), dikelilingi oleh parit kuna yang memiliki lebar bervariasi 0,5-1,5 meter, sebagian tertutup oleh semak. Pada sisi luar parit di sebelah terdapat gundukan tanah membentuk benteng membujur utara-selatan, dengan tinggi sekitar 2 m dengan lebar bervariasi antara 3 hingga 4 m. Dilihat dari jejak-jejak yang ada, benteng ini juga berlanjut hingga tepi Sungai Cimuntur. Berdasarkan temuan keramik asing menunjukkan berasal dari sekitar abad ke-10 – 17.
Peninggalan di situs Karangkamulyan dihubungkan dengan legenda Ciung Wanara. Disebutkan ketika Prabu Adimulya Permanadikusuma memerintah Galuh, berkehendak untuk menjalani hidup sebagai pertapa. Untuk mewujudkan keinginan itu, pemerintahan Galuh diserahkan kepada Prabu Bondan Sarati. Prabu Adimulya Permanadikusuma memulai kehidupan sebagai pertapa bergelar Pandita Ajar Sukaresi.
Galuh di bawah pemerintahan Prabu Bondan Sarati tidak lagi makmur. Rakyat sangat menderita karena raja memerintah dengan sewenang-wenang. Diam-diam raja ingin melenyapkan Pandita Ajar Sukaresi. Di pertapaan, Ajar Sukaresi terus menerus melatih kesktian. Hingga akhirnya kesaktian Ajar Sukaresi terkenal di mana-mana. Melihat keadaan seperti ini Bondan Sarati tidak merasa senang tetapi merasa sebaliknya.
Dengan dalih ingin mengetahui kesaktian Ajar Sukaresi, Bondan Sarati meminta kepada Ajar Sukaresi untuk menebak isi kandungan Dewi Naganingrum, istri Ajar Sukaresi, yang sebenarnya tidak mengandung. Ajar Sukaresi tahu bahwa Dewi Naganingrum tidak mengandung, namun ia mengatakan bahwa Dewi Naganingrum mengandung bayi laki-laki yang kelak akan menyaingi Bondan Sarati.
Bondan Sarati gusar dan memerintahkan prajuritnya untuk membunuh Ajar Sukaresi. Tidak ada prajurit yang berhasil membunuhnya bahkan selalu mendapat celaka. Kandungan Dewi Naganingrum semakin terlihat. Bondan Sarati semakin gusar. Untuk mencegah ramalan Ajar Sukaresi, Dewi Naganingrum dibuang di hutan. Raja berpesan kepada Paman Lengser jika Dewi Naganingrum benar-benar melahirkan bayi laki-laki maka bayi itu harus dibunuh.
Ketika saatnya tiba Dewi Naganingrum benar melahirkan bayi laki-laki. Paman Lengser tidak tega membunuhnya. Bayi itu kemudian dimasukkan ke dalam peti dengan dibekali telur dan keris kemudian dihanyutkan di Sungai Citanduy. Untuk memberi bukti kepada raja, Paman Lengser membunuh anak anjing dan darahnya diperlihatkan kepada raja.
Bayi yang dihanyutkan ditemukan oleh nelayan yang bernama Aki Balangantrang dan kemudian dirawat dan diasuhnya. Telur ayam yang menyertainya juga dirawat yang kemudian menetas jadi ayam jantan. Selama dalam asuhan Aki Balangantrang bayi tersebut disembunyikan di Geger Sunten. Anak yang diasuh Aki Balangantrang suatu saat diajak ke hutan untuk belajar berburu. Di hutan menjumpai burung ciung dan kera (wanara). Anak asuh Aki Balangantrang sangat terkesan dan meminta kepada Aki Balangantrang supaya dirinya diberi nama Ciungwanara.
Berkat asuhan Aki Balangantrang, Ciungwanara tumbuh menjadi seorang dewasa yang cerdas dan tangkas. Ketika itu di Galuh sedang marak perjudian sabung ayam. Ayam jantan yang menyertai bayi Ciungwanara juga tumbuh menjadi ayam aduan yang tangguh. Kecerdasan Ciungwanara dan ketangguhan ayam jantannya terdengar oleh Bondan Sarati. Raja Galuh ini mulai gusar. Ia memerintahkan membunuh Ciungwanara dengan siasat mengadakan sayembara sabung ayam. Direncanakan ketika berlangsung sabung ayam Ciungwanara dibunuh.
Sayembara sabung ayam yang diselenggarakan Bondan Sarati hadiahnya bagi yang bisa mengalahkan ayam raja berupa separuh wilayah Kerajaan Galuh. Mendengar berita itu, Ciungwanara tidak segan-segan memanfaatkan kesempatan. Ketika terjadi pertempuran antara ayam Ciungwanara dan ayam Bondan Sarati, Ciungwanara selalu waspada, sehingga terhindar dari usaha pembunuhan. Akhirnya ayam Ciungwanara dapat mengalahkan ayam raja.
Atas kekalahannya dalam sabung ayam, Bondan Sarati ingkar janji untuk memberikan separoh wilayah kerajaan. Bahkan memerintahkan rakyat membuat kerangkeng untuk menangkap Ciungwanara. Ketika kerangkeng sudah siap Bondan Sarati memeriksanya. Ketika itu pula Ciungwanara beraksi menutup kerangkeng. Prabu Bondan Sarati terjebak di dalamnya dan tidak bisa keluar selama-lamanya. Melihat peristiwa ini seluruh rakyat Galuh bersuka cita. Kesengsaraan yang mereka derita selama ini terbalaskan. Ciungwanara kemudian diangkat menjadi raja di Galuh.
Situs ini sangat cocok dijadikan objek wisata karena berada di jalur jalan utama yang menghubungkan Jawa Barat – Jawa Tengah. Pada sektor kepurbakalaan pemanfaatannya sudah dilakukan namun masih perlu adanya peningkatan. Sebagai peninggalan purbakala seharusnya informasi tentang kepurbakalaan itu sendiri yang perlu diangkat. Legenda yang melatarbelakanginya terasa lebih mendominir bila dibandingkan dengan aspek peninggalan purbakalanya. Keberadaan “rumah informasi” perlu ditingkatkan fungsinya. Lain dari pada itu, situs Karangkamulyan masih menyimpan potensi yang berkaitan dengan keanekargaman hayati yang ada di situs tersebut. Kera yang hidup di hutan dan berbagai jenis tumbuhan dapat dijadikan daya tarik tersendiri.
11.25.2008
Fetur Parit dan Benteng
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar