Situ Lengkong secara administratif berada di Desa Panjalu, Kecamatan Panjalu. Keadaan objek berupa danau yang di tengahnya terdapat pulau yang diberi nama Nusa Gede.
Untuk menuju ke lokasi Situ Lengkong dapat ditempuh dari 2 arah, yaitu dari arah barat dan dari arah timur dengan kondisi jalan cukup baik. Dari barat terutama dari Bandung menuju Panjalu berjarak sekitar 100 Km, melalui Ciawi terus ke Panumbangan dan sampai di Panjalu. Sedangkan dari arah Ciamis berjarak sekitar 30 Km melalui Buniseuri, Kawali dan sampai Panjalu.
Di Pulau Nusa Gede terdapat hutan lindung beserta peninggalan purbakala. Objek tersebut sekarang dikelola oleh Konservasi Sumberdaya Alam, Perhutani Kabupaten Ciamis. Situ lengkong sebagai tempat objek wisata khususnya wisata ziarah sudah dilengkapi berbagai fasilitas memadai dari mulai tempat parkir, sarana perbelanjaan cinderamata, sarana perahu menuju situ lengkong , MCK dan sekarang sedang di buat (proses pembuatan) mesjid yang cukup besar.
Luas situ Lengkong adalah 57,95 hektar dan Nusa Gede 9,25 hektar, sehingga luas seluruhnya adalah 67, 2 hektar. Situ Lengkong merupakan danau alam dengan kedalaman air 4 m – 6 m. Dengan kedalaman seperti ini cukup untuk rekreasi air seperti misalnya berperahu. Situ ini berada pada ketinggian 731 meter di atas permukaan laut.
Di tengah Situ Lengkong terdapat pulau yang diberi nama Nusa Gede. Menurut cerita, Nusa Gede dahulu sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Panjalu. Dengan kondisi alam seperti itu, keberadaan situ juga merupakan benteng pertahan. Untuk mencapai Nusa Gede harus melalui jembatan yang di dalam Babad Panjalu disebut Cukang Pad. Sekarang Nusa Gede menjadi hutan lindung di bawah pengawasan Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) yang di dalammnya terdapat cagar budaya luasnya 0,5 hektar. Di Nusa Gede terdapat makam penyebar agama Islam yang bernama Mbah Panjalu. Di dalam Babad Panjalu tokoh ini disebut Haring Kencana. Beliau adalah putra Borosngora. Didalam hutan terdapat 307 pohon yang terdiri dari 30 jenis.
Menurut cerita sejarah Panjalu, Situ Lengkong bukanlah situ alam yang terjadi dengan sendirinya akan tetapi hasil buatan para leleluhur Panjalu. Di Panjalu pada sekitar abad ke-7 atau ke-15 pernah berdiri kerjaan yang berlatarkan agama Hindu bernama Kerajaan Panjalu .
Pada awal abad ke-7, Prabu Syang Hyang Cakradewa memerintah di Kerajaan Panjalu. Raja mempunyai keinginan agar putra mahkota sebagai calon pengganti raja harus memiliki kelebihan, memiliki ilmu yang paling ampuh dan paling sempurna. Maka berangkatlah sang putra mahkota yang bernama Borosngora dengan tanpa pengawal satu pun menuju ke suatu tempat. Dalam akhir perjalanannya sampailah di tanah suci Mekah. Di sanalah tujuannya tercapai yaitu mempelajari dan memperdalam Agama Islam dan membaca Dua Kalimah Syahadat.
Setelah cukup lama maka pulanglah sang putra mahkota ke Panjalu dengan dibekali air Zamzam, pakaian kesultanan serta perlengkapan pedang dan cis. Di Panjalu tugas utamanya harus menjadi Raja Islam dan sekaligus mengislamkan rakyatnya. Beliau kemudian menjadi Raja Panjalu menggantikan ayahnya dengan Gelar Sang Hyang Borosngora. Mulai saat itulah kerajan Panjalu berubah dari Kerajaan Hindu menjadi Kerajaan Islam.
Air Zamzam dari Mekah ditumpahkan ke lembah yang bernama Lembah Pasir Jambu. Kemudian Lembah itu bertambah banyak airnya dan terjadilah danau yang kini disebut Situ Lengkong.
11.25.2008
Situ Lengkong Kota Bandung
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar