Saya sedang online, silahkan masuk

11.25.2008

Kabupate Bandung

Kabupaten Bandung secara geografis terletak antara 107º 22' - 107º 5' BT dan 06º 41 - 07º 19' LS. Di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang; sebelah timur dengan Kabupeten Sumedang dan Kabupaten Garut; di sebelah selatan berbatasan dengan wilayah Kabupaten Garut dan Kabupaten Cianjur; di sebelah barat dengan wilayah Kabupaten Garut. Temperatur 22ºC – 23,5 º C, beriklim tropis dan curah hujan antara 1.800 mm di daerah selatan Kota Bandung dan 2500 mm di utara Kota Bandung.

Bandung telah mengalami rentang kesejarahan yang panjang dan diperkirakan Bandung ini telah ada sejak zaman purba, berdasarkan pembentukan geologi Bandung dan sekitarnya maupun tinggalan budayanya. Bandung pada masa lampau merupakan danau yang dikenal dengan Danau Bandung Purba. Keadaan yang sekarang merupakan pedataran yang biasa disebut dengan istilah “Cekungan Bandung” (Bandung Basin). Di sekitar cekungan tersebut diperkirakan dahulu merupakan tepian danau sehingga banyak diperoleh sisa-sisa aktivitas manusia masa lampau. Diperkirakan danau tersebut memiliki tepian antara lain Padalarang, Dago, Lembang, Cicalengka, Banjaran, Soreang dan Cililin.
R. W. van Bemmelen pada tahun 1935, meneliti terbentuknya danau Bandung karena pembendungan Sungai Citarum purba oleh pengaliran debu gunung api masal dari letusan dahsyat Gunung Tangkuban Perahu yang didahului oleh runtuhnya Gunung Sunda Purba di sebelah baratlaut Bandung dan pembentukan kaldera yang di dalamnya tumbuh Gunung Tangkuban Perahu, dimulai zaman Miosen (sekitar 20 juta tahun yang lalu). Pada waktu itu daerah Bandung utara merupakan laut, terbukti dengan banyaknya fosil koral yang membentuk terumbu karang sepanjang punggungan Rajamandala. Kondisi sekarang terumbu tersebut menjadi batukapur dan ditambang sebagai marmer yang berpolakan fauna purba. Damdan Suparan (1992) dan Sunardi (1997) keduanya akhli geologi berhasil mengetahui bahwa pembentukan danau Bandung, kemungkinan karena penurunan tektonik dan peristiwa denudasi dan terjadi 125 KA (kilo-annum/ribuan tahun) yang lalu.
A.C. de Jong dan G.H.R. von Koenigswald (1930), J. Krebs (1932-1933), W. Mohler dan W. Rothpletz (1942-1945) telah melakukan penelitian secara geologi yang diperkirakan bekas tepian Danau Bandung, seperti di sekitar daerah Dago timur, mereka berhasil menemukan alat-alat yang dibuat dari batu obsidian. Berdasarkan analisa, mereka menyimpulkan bahwa Dago Timur merupakan tempat penghasil obsidian yang terkaya dan diperkirakan bahan mentahnya didatangkan dari Nagreg (di utara Garut). Beberapa ahli berpendapat alat-alat obsidian sebagai alat mikrolit dan asalnya dari masa bercocok tanam, karena alat tersebut ditemukan bersama-sama dengan pecahan gerabah, fragmen-fragmen beliung persegi, cetakan alat logam. Bahkan H.R. van Heekeren (1972) menempatkan alat obsidian Bandung sebagai alat yang berkembang dalam masa yang lebih tua yaitu masa berburu tingkat lanjut sebagai alat serpih bilah.
Berdasarkan catatan sejarah, bahwa pada abad ke-15-16 M. Bandung di bawah kekuasaan Kerajaan Sunda yang ibukotanya di Pakuan Pajajaran (Bogor sekarang). Pada zaman tersebut daerah ini dikenal dengan nama Tatar Ukur. Tahun 1579 Kerajaan Sunda (Pakuan_Pajajaran) runtuh, selanjutnya pada tahun 1620 Mataram yang berpusat di daerah Yogyakarta berhasil menguasai Tatar Sunda/Priangan. Pada masa Mataram berkuasa terjadi pemberontakan oleh penguasa Bandung pada waktu itu, Dipati Ukur, setelah pembrontakan berhasil dipadamkan terjadi reorganisasi berdasarkan piagam Sultan Agung yang dikeluarkan pada hari sabtu tanggal 9 Muharam tahun Alif atau tanggal 20 April 1641, terbentuklah Kabupaten Bandung bersama-sama dengan Kabupaten Parakan Muncang dan Kabupaten Sukapura. Mulai saat itu Bandung berdiri sebagai kabupaten dengan ibukota di Timbanganten, yang kemudian pindah lagi ke Krapyak atau dayeuh Kolot dan 1810 ibukotanya di Kota Bandung. Pada tanggal 17 Agustus 1864, Kota Bandung menjadi ibukota Kerisidenan Pringan.
Pada tahun abad ke 17 seluruh Tatar Sunda/Priangan menjadi bagian dari VOC (Vereenigde Oast Insdische Compagnie atau Persekutuan Dagang Hindia Timur), sampai tahun 1799 VOC mengalami kebangkrutan dan akhirnya dibubarkan. Selanjutnya Indonesia di bawah kekuasaan Pemerintah Hindia Belanda pada abad ke-18-19 M, dengan pusat pemerintahan di Batavia.


Tidak ada komentar: